Seorang Nenek dengan pakaian ‘sopan’…

suatu hari di Kampus,

ashar, disaat hujan turun begitu deras…

Saat sedang berbincang sebuah obrolan renyah dengan seorang teman,,,tiba-tiba perhatianku teralih oleh sebuah pemandangan..tepatnya sebuah fenomena kehidupan yang tidak berada jauh dari pelupuk mata ini…tidak lebih dari 10 meter,,ya aku melihatnya… seorang nenek yang masih jelas kuingat mengenakan pakaian yang sudah tak layak, selembar selendang ungu yang tersampir hampir menutupi rambutnya yang sudah memutih dan lusuh, tak ketinggalan sebuah caping yang tak lagi bagus bertengger diatas kepalanya yang tertutupi kerudung ungu itu. Walaupun dapat dikatakan tak layak tiap elemen yang melekat padanya, tetapi aku dapat menangkap bahwa pakaian yang dikenakannya adalah pakaian terbaik pilihannya yang jujur aku berkata jauh lebih sopan dibandingkan pakaian mahal yang kerap dikenakan artis layar lebar, dimana pakaian yang tidak mampu menutupi auratnya tetapi dengan bangga mereka mengenakan itu. Sesungguhnya lebih pantaslah yang disebut pakaian tak layak itu adalah milik mereka, para pengumbar aurat….

Seketika perbincanganku tak lagi focus pada seseorang yang sedari tadi berbincang denganku, aku mulai memperhatikan setiap gerik nenek dengan pakaian ‘sopan’ nya itu(ijinkan aku memanggilnya seperti itu). Di tengah hujan deras yang datang tiba-tiba, dapat kutarik keismpulan bahwa dia sedang mencari tempat berteduh. Dipundaknya kulihat sebuah karung besar kuperkirakan isinya adalah sampah, tertegun sesaat aku… seakan buyar sudah konsentrasiku pada lawan bicaraku…dan yang berputar-putar di kepalaku saat itu adalah sang nenek dengan pakaian ‘sopan’ nya yang sedang berteduh dari deras hujan. Beberapa saat kulihat dia telah menemukan tempat untuk mengistirahatkan kakinya yang kukira telah membawanya berjalan mengais sampah entah dari mana saja, sebuah tempat duduk di bawah tangga. Ya, beliau duduk disana setelah karung bawaannya diletakkannya tepat di depan kakinya. Lelah,,itulah yang terlukis di wajahnya yang penuh dengan peluh. Aku tak kuasa menahannya, aku berjalan mendekatinya… Yaa Allah, sungguh aku iba kepadanya..bisikku dalam hati. Seketika gambaran-gambaran khayalanku pun muncul, aku teringat akan nenekku yang telah lama berpulang padaNya. Andai dia ibu dari ayah atau bundaku… Yaa Rabb, desis kata syukur pun mengalun dari bibir ini. Alhamdulillah… sementara aku berjalan perlahan mendekati nenek dengan pakaian ‘sopan’-nya itu, aku melihat sekeliling dimana banyak teman-teman yang sedang sibuk dengan urusan mereka entah apa itu. Membicarakan tugas,menunggu kedatangan sang dosen, mengobrol, membaca, dan banyak yang lainnya. Tapi satu yang tak kumengerti, tak satu pun perhatian dari mereka beralih pada nenek dengan pakaian ‘sopan’ itu. Entah itu acuh, terlalu sibuk, tak melihat atau bahkan pura-pura tak melihat. Astaughfirullah, aku tak mau su’udzon…

Aku sudah semakin dekat dengannya, kira-kira 6 meter jarak antar aku dan nenek berpakaian ‘sopan’ itu. Masih perhatianku tertuju padanya, sementara temanku terus berbicara sesuatu entah apalah itu. Dapat kuakui aku benar-benar tidak focus lagi, pikiranku kini mengambang pada fenomena kehidupan yang miris itu. Yaa Allah,,adilkah ini? Apakah benar manusia sudah tidak lagi mempunyai rasa iba dan kasih sayang terhadap sesame? Ataukah telah hilang kepekaan manusia terhadap fenomena kehidupan di sekeliling mereka? Atau bahkan kesombongan telah membelenggu hati mereka sehingga kasih sayang untuk saudara mereka telah lama mati?

Yaa Rabbi, bukakanlah pintu taubat bagi kami yang masih sombong di atas bumi-Mu ini, padahal sesungguhnya tidak lah pantas manusia yang bergelimang dosa ini tinggi hati walau hanya dengan mendongakkan kepala kami atau pun merendahkan makhlukMu yang lain. terimalah taubat kami Yaa Rabb karna Kau adalah sebaik-baik Penerima Taubat..

…resah berselang, aku tak dapat menahannya. bergegas kuhampiri dia, kudekatkan tanganku dengan tangannya..kugenggamkan padanya sembari menyunggingkan senyum yang aku sendiri tak dapat mengartikannya. “terima kasihh,,” nenek dengan pakaian ‘sopan’ itu berbisik, kemudian dia membalasku dengan senyum paling tulus yang pernah kulihat, dan wajah yang sedang tersenyum itu pun tak dapat menyembunyikan gurat penderitaan yang ditanggungnya…

berbisik ku dalam hati… Yaa Allah, begitu besar nikmat yang Engkau limpahkan padaku….Alhamdulillah, Segala Puji hanya untuk-Mu…

6 Responses so far »

  1. 1

    lilmessenger said,

    Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
    (Al Maa’idah : 8)

    Ag, jangan pernah bertanya “Yaa Allah,,adilkah ini?”.

    Tetapi bertanyalah :

    “Ya Allah, Engkau Maha Adil. Tanpa mereka, bagaimana aq bisa meraih cintaMU ????”.

    Wallahua’lamu bishowab.

  2. 2

    lilmessenger said,

    loh ???? kok jadi smiley sok cool. maksudq itu Al Maidah ayat 8 .

  3. 3

    aghita said,

    syukran katsiran…
    na’am…segala fenomena kehidupan dan peristiwa yang terjadi tentunya Allah menyisipkan hikmah dibaliknya. semoga kita dapat mengambil ibrah dari segala bentuk ketetapanNya.amiin…

  4. 4

    daRkan9eL said,

    anoo…
    ini yang kapan hari km cerita tuw ya ag…??

  5. 5

    rheza aldila said,

    Subhanallah…
    kisah yang begitu dekat….namun sarat akan hikmah


Comment RSS · TrackBack URI

Leave a comment